Sabtu, 04 Juli 2009

Karena Saya Bertampang Udik???

Dia benar-benar menampilkan sesuatu yang berbeda. Apa yang dilakukannya tidaklah keluar dari apa yang telah menjadi keyakinannya... Sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, sejarahpun pernah mempertontonkan apa yang diperlihatkannya pada dunia saat ini. Ya, kesederhanaan seorang pemimpin.Dia benar-benar meneladani apa yang telah dicontohkan sang Nabi panutannya. Sebuah kesederhanaan yang memikat.
Begitupun beberapa khalifah terpilih setelahnya. Dia mencontoh Umar bin Khattab ra, yang membuat duta negara seberang bingung keheranan ketika ia minta ditunjukkan dimana Khalifah negeri Islam yang kekuasaannya terbentang sepanjang semenanjung arabia, ia melihat sang Khalifah terbaring istrahat di bawah sebuah pohon,tanpa pengawal, tanpa kopasus. Dia pun benar-benar meniru kekasihnya, Imam Ali as yang ketika menjabat khalifah, tidak malu memakai terompah yang berkali-kali dijahitnya sendiri.Ia bertanya kepada sahabatnya, tahukah kamu berapa harga terompah ini ?, sang sahabat menjawab, " Ya Khalifah, meskipun engkau menjualnya, tak seorangpun yang mau membelinya."Dia bersabda, "Bagi saya terompah ini lebih berharga dibanding kekuasaan yang berada di tanganku sekarang, kecuali dengan kekuasaan ini aku menegakkan keadilan."

Ataupun sang Imam, pemimpin besar revolusi Islam di negara yang sekarang di pimpinnya. Ia mengatakan,"Di masa revolusi dulu, aku berkali-kali diinterogasi karena memasang gambar-gambar Imam Khomeini di dinding-dinding kampus."Ia betul-betul menjadi penerus dan memegang erat ajaran-ajaran sang Imam. Yang meninggalkan negara yang dipimpinnya dengan barang-barang warisan yang sama sekali tidak berharga. Bahkan rumah yang didiaminya pun masih status kontrakan sampai wafatnya.

Dunia terlalu banyak disuguhi tokoh-tokoh antagonis. Sehingga keberadaannya dianggap sesuatu yang asing. Sok suci dan munafik. Saya menjadi teringat dengan novel ayat-ayat cinta yang menampilkan Fahri sebagai tokohnya. Yang kontra memberikan komentar bahwa ketokohan Fahri terlalu sempurna, seseorang yang tidak mungkin ada saat ini.Penulisnya, hanya memberi komentar sederhana, "Justru bagi saya belum sempurna, akan saya sempurnakan lagi, bangsa ini butuh tokoh-tokoh yang berjiwa malaikat." Ya, dunia begitu sangat merindukan orang-orang seperti dia. Dia tak membutuhkan pujian, dia tak memanfaatkan apa yang telah menjadi kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.




Dia membuat seorang diplomat asing sekaligus kontraktor tersentak, ketika ia berkata, "Saya tidak mungkin memenuhi keinginan saudara dengan harus mengorbankan rakyat saya."


Ketika pemimpin-pemimpin negara lainnya mendekat dan bangga menjadi sahabat-sahabat Amerika. Dia punya kebijakan lain. Dia menyatakan perlawanan. Katanya, perlawanan terhadap kedzaliman adalah keniscayaan.
Banyak yang mencintainya, namun tidak sedikit pula yang tidak menyukainya. Sampai seorang ustadz saya, Ust. Muh. Ihsan Zainuddin Lc yang sebelumnya begitu kukagumi menulis sebuah artikel dan memberi penilaian terhadapnya, sebagai musang berbulu domba. Semua orang berhak memberi komentar, siapapun bisa mencintainya, dan siapapun berhak untuk menjadi musuhnya.
Namun kenyataan yang tidak terpungkiri. Dia memimpin negaranya, menjadi pelaksana titah Rahbar dengan kesederhanaan yang memukau dan menjadi kecintaan rakyatnya. .
Karena itu, ia kembali terpilih kedua kalinya sebagai Presiden, dengan perolehan suara yang sangat spektakuler 63 %. Banyak pihak yang teriak menolak, AS dan Dunia Barat berang, karena menganggap Ahmadi Nejad adalah ganjalan paling serius bagi proses hegemoni Barat dan ancaman bagi eksistensi Israel. Dan beberapa pihak dari dalam negerinya sendiri menolak hasil pemilu karena Ahmadi Nejad pernah berjanji akan membongkar korupsi para mantan pejabat Iran. Ia pun bertanya, “Kenapa kalian tidak senang saya menjadi presiden di Iran? Apakah karena saya orang miskin dan bertampang udik? Buat saya, istana-istana kalian tidak lebih berharga daripada sehelai rambut jutaan orang miskin di negeri ini?"
Setahu saya, hanya beberapa pemimpin dunia saat ini yang memadukan keberaniaan dan kesederhanaan...Fidel Castro, Eva Morales, dan Hugo Chaves yang kiri. Serta dia yang Syiah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar